Sabtu, 29 Oktober 2011

Menambah top speed tanpa perubahan pada motor J-Z 155cc

1. Baca buku manual J-Max dan cari tahu berapa
> bobotnya. Kemudian perhatikan berat badan anda
> sendiri. Jaga agar berat badan berada di kisaran
> 60-63
> kg. Makin berat badan anda, makin besar tenaga yang
> harus dikeluarkan mesin untuk menarik berat badan
> anda
> dan bobot motor. Ini berarti motor anda akan
> berakselerasi lebih lambat.
> 
> 2. Kurangi bobot motor anda. Caranya, anda harus
> mencari cara untuk mengganti bodi motor yang terbuat
> dari plastik dengan bodi yang berbahan serat karbon.
> Mahal, tapi dijamin ringan dan kuat. Lumayan, bobot
> motor berkurang, tarikan mesin lebih ringan,
> akselerasi lebih cepat karena bobot motor berkurang.
> 
> 3. Ban standar J-Max katrok, licin saat melakukan
> pengereman keras atau mendadak--padahal kecepatan
> motor cuma 50 km, lebih licin lagi di jalan
> basah--harus hati-hati dan pelan-pelan saat
> berkendara. Ganti dengan ban yang karetnya lebih
> bermutu. Anda bisa coba Bridgestone Battlax.
> Karetnya
> lebih lengket ke aspal dan tahan lama. Baik kondisi
> kering atau basah, Battlax memberikan kinerja yang
> memuaskan. Bahkan, ngebut di jalanan lebih kencang
> daripada Dunlop D 102--super katrok!.
> 
> 4. Bicara soal lebih cepat sekian km/jam, saya perlu
> memberitahu anda bahwa kecepatan tinggi bukan yang
> paling penting. Anda juga harus mengembangkan teknik
> berkendara anda. Di jalanan, bisa dijumpai
> segelintir
> pengendara yang motornya standar dan biasa
> saja--tanpa
> modifikasi--yang bisa membawa motornya lebih cepat
> dari motor lain yang spesifikasinya lebih baik. Ini
> terjadi karena pengedara motor ini memiliki teknik
> berkendara yang baik dibandingkan pengendara motor
> yang lainnya. Mereka tahu cara melalui jalanan yang
> baik, cara melalui tikungan yang baik dan cepat,
> cara
> mensinkronasikan putaran gas dengan perpindahan gigi
> yang tepat--sehingga tidak kehilangan putaran mesin
> terlalu banyak, tahu seberapa jauh harus merebahkan
> motor mereka, dan tahu lainnya. Yang tidak kalah
> penting, mereka juga sangat mengenal mesin motor
> mereka sendiri--tahu kemampuan motor mereka yang
> standar itu.
> 
> Akhir kata, kecepatan puncak J-Max yang pernah di
> uji
> adalah 130 km/jam, kondisi standar dengan pengendara
> penguji berbobot badan 60 kg dan tinggi 165 cm.
> Untuk
> apa anda membuat motor anda lebih cepat 20
> km/jam--150
> km/jam? Kemana anda mau bawa motor yang larinya 150
> km/jam itu? Di Sudirman oke, Hayam Wuruk oke,
> Pandjaitan oke. Di Warung Buncit bisa? Mulai dari
> pertigaan SMA 60 sampai perempatan Republika. Hebat
> betul jika bisa mencapa 150 km/jam di sana tanpa
> kehilangan nyawa. Bagaimana dengan daerah Srengseng
> Sawah? Moh. Kafi? Kukusan? dan jalanan lainnya yang
> lintasan lurusnya pendek dan sedikit tapi
> tikungannya
> banyak dan panjang.
> 
> Jalanan yang berkelak kelok selalu membunuh potensi
> besar sebuah mesin motor namun memberi kesempatan
> besar bagi seorang pengendara untuk menunjukan
> ketrampilan berkendaranya. Jadi tidak cuma jagoan
> lintasan lurus doang, begitu masuk tikungan lantas
> keok.
> Kembangkan dulu ketrampilan berkendara, baru bicara
> menambah kecepatan motor.
> 
> Salam
> 
> Todo El Cocodrilo
> 
> NB: Kemengan Rossi di Assen adalah contoh baik
> bagaimana seorang pengendara memadukan keterampilan
> berkendara dan mesin motor yang sedang untuk
> menundukan Ducati yang bertenaga besar. Assen lebih
> banyak memiliki tikungan daripada lintasan lurus. Di
> Assen, motor selalu berada dalam kondisi miring
> sebanyak 90% dalam satu putaran. Tenaga besar Ducati
> justru menjadi bumerang bagi pengendaranya. Lihat
> kan,
> seperti apa pantat Stoner setiap kali berakselerasi
> keras untuk keluar dari tikungan--bergoyang dan
> bergetar kuat. 
> 
> Sadar akan kekurangannya, Stoner membiarkan Rossi
> lewat karena dia hanya punya 2 pilihan--terus
> menahan
> Rossi dan terjatuh, karena motor sulit dikendalikan
> dan harus kehilangan angka, atau membiarkan Rossi
> lewat dan berada di urutan kedua, tapi tetap
> mendapat
> angka. Buktinya, sesudah Rossi lewat Stoner bisa
> berkendara dengan santai, tanpa harus memaksa buka
> gas
> besar-besar dan pantat tidak lagi bergetar dan
> bergoyang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar